Rabu, 27 Mei 2015

Tugas Kesehatan Mental II

FENOMENA STRESS PADA WANITA

·         Pengertian Stres

Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari– hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis ( Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada di atas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997). 

Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki tiga bentuk yaitu:
1.      Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
2.      Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3.      Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

Rice (2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres. 
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya,
dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.

·       Penyebab Stress

Secara umum faktor penyebab stres digolongkan menjadi beberapa kelompok berikut:

1.        Tekanan fisik: kerja otot/olahraga yang berat, kerja otak yang terlalu lama, dan sebagainya.
2.        Tekanan psikologis: hubungan suami istri/orang tua-anak, persaingan antar saudara/teman kerja, hubungan sosial lainnya, etika moral dan sebagainya.
3.        Tekanan sosial ekonomi: kesulitan ekonomi, rasialisme dan sebagainya.


·       Gejala Stress Pada Wanita

Gejala Fisik:
Ketegangan, sakit kepala dan menangis adalah gejala yang paling menonjol pada wanita. Frekuensi dan durasi sakit kepala bervariasi dari orang ke orang. Selain sakit kepala, gejala lainnya seperti sakit punggung atau kram perut. Gejala utama lainnya adalah insomnia, yaitu kurang tidur. Jika seorang wanita menderita stres berlebih, dia tidak bisa tidur dengan baik di malam hari. Hal ini bahkan dapat terjadi selama beberapa malam yang akibatnya menghasilkan sakit kepala parah dan lekas marah. Mungkin juga menderita siklus bulanan tidak teratur, tekanan darah tinggi, sakit maag, migrain, rambut rontok, penyakit kulit, dan lain-lain, karena stres.

Gejala stres lainnya pada wanita adalah diare, sesak di dada, kesulitan bernafas dan kehilangan minat seksual. Terkadang, gejala-gejala tersebut memiliki hasil yang lebih dalam pada kesehatan dan pikiran seorang wanita. Dia mungkin memiliki pikiran yang konstan tentang kematian, mengembangkan kecenderungan bunuh diri, mulai merokok atau meminum alkohol atau bahkan obat-obatan. Penyakit kulit, ruam, berat badan turun juga dapat menjadi reaksi yang disebabkan karena stres pada wanita.

Gejala Perilaku:
Pemarah merupakan salah satu tanda-tanda perilaku yang paling umum dari stress. Siksaan ini sering diikuti dengan gejala emosional dan perilaku lainnya seperti kemarahan, perubahan suasana hati dan menangis. Khawatir, kesulitan dalam konsentrasi, frustrasi, dll, juga dialami ketika seorang wanita berada di bawah tegangan konstan. Gejala-gejala ini dapat menyebabkan reaksi negatif seperti kecurigaan, sering marah, pelupa, rendah diri dan depresi. Kehilangan nafsu makan, atau makanan berlebih juga merupakan tanda-tanda stres.

·       Dampak Stress Pada Wanita

1.      Mengurangi Libido
Peristiwa besar dalam hidup yang menyebabkan stress, seperti memulai pekerjaan baru atau pindah ke kota baru, bisa menurunkan libido, menurut Dr. Irwin Goldstein, M.D. Hal ini bisa terjadi ketika peningkatan kadar kortisol menekan hormon seks alami tubuh.

2.      Haid Yang Tidak Teratur
Stress akut dan kronis secara fundamental dapat mengubah keseimbangan hormon tubuh, yang dapat menyebabkan haid yang tidak kunjung datang, terlambat atau tidak teratur. Para peneliti juga menemukan bahwa wanita yang merasa terbebani dengan pekerjaannya mempunyai resiko 50 persen lebih tinggi untuk siklus pendek (kurang dari 24 hari) daripada wanita yang tidak bekerja.

3.      Jerawat
Tingginya tingkat kortisol dalam tubuh dapat menyebabkan produksi minyak berlebih yang memberikan kontribusi untuk perkembangbiakkan jerawat. Sebuah studi pada tahun 2003 lalu menemukan bahwa mahasiswa perempuan mempunyai jerawat yang lebih banyak selama masa ujian karena peningkatan stress.

4.      Rambut Rontok
Stress secara emosional maupun psikologis secara signifikan dapat menyebabkan ketidakseimbangan fisiologis yang memberikan kontribusi untuk rambut rontok. Stress dapat mengganggu siklus perkembangan rambut, menyebabkan rambut mudah rontok. Meskipun Anda mungkin tidak menyadari ketika rambut Anda mengalami kerontokan selama atau setelah melewati masa stress, perubahan dapat terjadi tiga sampai enam bulan kemudian.

5.      Pencernaan Yang Buruk
Stress yang berkepanjangan dapat memengaruhi sistem pencernaan yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung, sehingga menyebabkan gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan, dalam beberapa kasus memberikan kontribusi terhadap perkembangan IBS dan bisul. Menurut womenshealth.gov, mengurangi stress adalah kunci untuk menjaga sistem pencernaan yang sehat.

6.      Depresi
Perempuan dua kali lebih rentan mengalami depresi daripada laki-laki. Penelitian terbaru menunjukkan perbedaan antara respon terhadap stress dan reaktivitas antara kedua jenis kelamin untuk menjelaskan perbedaan ini. Peningkatan kadar kortisol dihasilkan dari stress kronis jangka panjang, stress akibat pekerjaan kelas rendah atau stress akut dari peristiwa sulit yang terjadi dalam hidup seperti kematian atau perceraian dapat bertindak sebagai pemicu depresi.

7.      Insomnia
Sebagian besar dari kita pernah merasakan kegelisahan pada malam  hari, memikirkan kejadian atau masalah yang terjadi di tempat kerja. Tidak mengherankan jika stress adalah penyebab umum dari insomnia, yang kemudian dapat menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, mudah marah, dan kurangnya motivasi.

8.      Penambahan Berat Badan
Penelitian telah menghubungkan tingkat kortisol yang lebih tinggi pada pinggang hingga pinggul pada wanita (yaitu lebih berat di sekitar area perut), serta penurunan metabolisme. Tingkat stress yang tinggi juga berhubungan dengan peningkatan nafsu makan dan keinginan untuk mengonsumsi makanan manis, yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan.

CONTOH KASUS
Wanita yang tengah hamil, dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Secara fisik pada wanita yang tengah hamil memang mudah ditebak,  seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Namun perubahan secara mental pada ibu hamil sangat sulit ditebak dan tidak selalu sama terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan.
Hadirnya janin di dalam rahim, mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini akan mengakibatkan stres pada saat hamil.
Menurut Dokter Eko Handayani MPsi dari bagian psikologi klinis anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, stres pada ibu hamil pasti akan memberikan akibat pada janin yang dikandungnya, karena posisi janin yang berada di dalam rahim dapat merespons apa yang sedang dialami oleh ibu. "Berdasarkan penelitian, ibu hamil yang mengalami stres akan meningkatkan risiko melahirkan bayi prematur dan bayi yang lebih kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat mengakibatkan janin keguguran, " kata Eko. Ia juga mengungkapkan bahwa ia sering
menghadapi kasus anak hiperaktif yang dibawa orangtuanya. Kemudian saat ditelusuri riwayat kehamilan, maka diketahui bahwa ibunya pernah mengalami stres.
Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan, sambung Eko. Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah.
Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri.
Selanjutnya pada tahap ketiga yakni trimester ketiga, stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan.

ANALISIS
Menurut contoh kasus diatas  penyebab stress ibu hamil bisa berupa :

  • Perubahan yang terjadi pada diri sang ibu hamil akibat perubahan hormonal yang mempengaruhi perubahan secara fisik pada diri ibu itu sendiri. Misalnya adanya tanda gejala mual muntah berlebihan pada diri ibu hamil contohnya. Atau juga bisa seperti contohnya adalah perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar, munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas
  • Rasa cemas berlebihan ketika nantinya akan menghadapi proses persalinan bayinya. Bila ibu kurang pengetahuan yang benar mengenai bagaimana sebuah proses kelahiran yang normal tentunya pada sebagian ibu-ibu hamil bisa menjadikan sebuah penyebab stres tersendiri.
  • Kehamilan yang tidak diharapkan. Hal ini juga bisa merupakan hal yang menjadi faktor resiko timbulnya rasa cemas sedih stres pada diri sang ibu bila kehamilan yang dijalaninya saat ini adalah merupakan proses kehamilan yang tidak diharapkan. Baik itu oleh sang ibu sendiri, sang suami maupun bagi keluarganya.
  • Masalah Ekonomi Keuangan. hal ini juga bisa menjadikan penyebab paling sering terhadap para ibu hamil. Mempunyai bayi baru berarti biaya hidup akan meningkat dan banyak pula orang tua yang stress karenanya seperti biaya perawatan sebelum melahirkan, biaya melahirkan, perlengkapan bayi, dan jangka panjang lainnya tentang masalah keuangan seperti menabung untuk pendidikan kuliah anak, dan hal-hal lainnya yang membuat stres yang signifikan. Hal ini dapat diperburuk jika kebetulan saat itu ayah atau kepala keluarga sedang adalam masa kehilangan pekerjaan atau ketidakbahagiaan dengan lingkungan kerja.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?
1.        Menjalani masa-masa kehamilannya dengan rasa bahagia dan senang sehingga ketika nantinya sang janin bayi lahir dan akan menjadi buah hati dan buah cinta antara suami istri. Dan hal ini bisa dijadikan satu cara untuk mempererat keharmonisan dalam sebuah rumah tangga yang sedang dibina berdua.
2.        Memperbanyak mencari pengetahuan dan informasi seputar bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Kehamilan. Baik itu dalam hal menjaga kesehatan ibu hamil itu sendiri dan juga terlebih menjaga kesehatan janin bayi dalam kandungannya.
3.        Menjaga pola makan dan pola hidup sehat selama masa kehamilan sembilan bulan. Dan banyak mengkonsumsi makanan sehat untuk ibu hamil.
4.        Banyak bertanya pada ibu-ibu yang sudah mempunyai banyak pengalaman dalam proses kehamilan dan proses persalinan serta masa menyusui sang bayi nantinya.
5.        Istirahat nyaman dan cukup selain di rumah, pilih tempat berlibur yang nyaman dan tenang. Perhatikan pula posisi istirahat yang tepat dan posisi tidur yang menyehatkan bagi ibu hamil dan membuat nyaman.
6.        Mendapatkan dukungan yang penuh dari suami dan juga keluarga besar dalam menjalankan masa sembilan bulan mengandung akan sangat memberikan nilai yang sangat bermakna bagi sang istri. Dan bisa merupakan salah satu cara dalam rangka mengatasi stres emosional dalam kehamilan juga
7.        Bila ada masalah, komunikasikan dengan baik dengan sang suami, bila berhubungan dengan kesehatan kehamilan. Berkonsultasi dengan dokter kandungan terpercaya bisa menjadi solusi pilihan.
8.        Senantiasa berdoa kepada Allah agar senantiasa diberikan kesehatan dalam masa-masa kehamilan sampai tiba waktunya nanti Proses Persalinan telah tiba masanya. Dan bisa melampaui masa persalinan dengan baik pula.



Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Social Support


A. Social Support

·         Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Smet 1994) sebagai informasi verbal dan non verbal, saran subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
·         Sarason dkk. 2008 dalam (http://www.Skripsi.tesis) mengartikan dukungan sosial adalah ada atau tidaknya seseorang yang dapat dipercaya dapat membantu sehingga individu mengetahui bahwa dirinya dihargai
·         Sarafino dalam Smet (1994) bahwa dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan, kepedulian penerima dukugan yang didapat dari orang atau kelompok lain.
·         Johnson dan Johnson dalam Toifur dan Prawitasari, (2003) yang menyatakan dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang bisa diandalkan untuk diminta bantuan, dorongan dan penerimaan apabila individu mengalami kesulitan atau masalah.
·         Menurut Watson, 1984 Dukungan sosial merupakan sumber pengatasan yang mempengaruhi sejak proses penilaian terhadap ancaman sampai pada usaha mengatasi masalah.
>> Dapat diambil kesimpulan bahwa Sosial Support atau dukungan sosial ini merupakan keberadaan orang lain yang memberikan suatu informasi dalam bentuk verbal atau nonverbal yang bertujuan untuk memberikan dorongan atau bantuan dalam menyelesaikan masalah dan juga mengacu pada suatu kesenangan serta kepedulian sehingga membuat tumbuhnya percaya diri.


Bentuk Dukungan
Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk. Yaitu :

    1. Dukungan instrumental (tangible assisstance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.

2. Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

3. Dukungan emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

4. Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

5. Dukungan dari kelompok sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.


Aspek-Aspek Dukungan Sosial
Menurut Sarafino dalam Lismudiyati dan Hastjarjo (2003). Dukungan sosial merupakan transaksi interpersonal dapat melibatkan satu atau lebih aspek-aspek berikut ini:

a. Dukungan emosional, merupakan dukungan yang melibat empati, ekspresi rasa, kehangatan, kepedulian dan perhatian terhadap individu sehingga individu tersebut merasa ada yang memberikan perhatian dan mendengarkan keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan, merupakan dukungan yang terjadi lewat hormat (penghargaan) positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orangorang lain yang melibatkan pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan, penguatan dan perbandingan sosial yang digunakan untuk dorongan agar maju.

c. Dukungan instrumental, merupakan bentuk dukungan yang melibatkan bantuan langsung sesuai dengan kebutuhan individu, misalnya berupa bantuan finansial atau bantuan, yang dapat berwujud barang, pelayanan, dukungan keluarga.

d. Dukungan informatif, merupakan bentuk dukungan berupa nasehat. Petunjukpetunjuk, saran atau umpan balik, pemberian informasi bagaimana cara memecahkan persoalan sehingga individu mendapat jalan keluar.

Sumber-Sumber Dukungan
Sosial Menurut Rook dan Dooley dalam Wahyuono (2003) ada dua sumber dukungan sosial yaitu :

a. Sumber artifisial adalah dukungan yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

b. Sumber naturali adalah dukungan ini diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (orang tua, kakak, kerabat) teman dekat atau relasi.

B. Hubungan antara Kesehatan Mental dan Social Support

Menurut (Albrencht & Goldsmith, 2003; Cobb, 1976; Lyyra & Heikkinen, 2006; Motl, McAuley, Snook, & Gliottoni, 2009; Schaefer, Coyne, & Lazarus, 1981) bahwa dukungan sosial tidak hanya membantu untuk membat perasaan kita lebih baik atau membantu kita untuk mengatasi masalah. Dukungan sosial juga mendorong kita untuk meningkatkan kesehatan, termasuk kesehatan fisik, kesehatan psikologis dan seluruh kesejateraan. Berikut beberapa hasil kesehatan yang berasal dari 
dukungan sosial :

1.      Penyesuaian psikologis
2.      peningkatan efektivitas
3.      baik mengatasi peristiwa menjengkelkan
4.      tahan terhadap penyakit
5.      pemulihan dari penyakit
6.      mengurangi angka kematian

kenapa dukungan sosial ini berpengaruh terhadap kesehatan mental? Dukungan sosial ini merupkan sebuah titik tolak dari sebuah komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan utama manusia, karena manusia merupakan makhluk sosial, esehatan mental dapat dikontrol melalui komunikasi.

Contoh : seorang yang memiliki dukungan sosial dari orang tua untuk memilih makanan dengan daik (sehat dan bergizi) lebih memungkinkan mereka untuk memakan makanan yang sehat dan bergizi tersebut dibandingan dengan orang-orang yang kekurangan dukungan sosial dari orang tuanya.

>>> Dari pengertian yang tertera diatas juga dapat menyimpulkan mengapa kesehatan mental dapat berkaitan dengan sosical support. Dimana kesehatan mental merupakan kesehatan yang meliputi juwa dan juga tubuh, sehingga dukungan dari sosial atau lingkungan ini berpengaruh untuk kesehatan individu, kesehatan mental meliputi fisiologis dan juga psikologis, dukungan dari lingkungan akan merangsang psikologisnya sehingga menimbulkan keyakinan dan tingkat percaya dirinya bahwa meraka dapat mencapai tujuannya yaitu sehat. Dari rangsangan terhadap psikologis yang menimbulkan keyakinan akan membuat keadaan fisik pun lebih membaik.

SUMBER :
·         Shutterstock, Junker. (2011). Mattson’s Health as Communication Nexus. Property of Kendall Hunt Publishing Co. from
·         Rochman, Kholil Lur. (2010). Kesehatan mental. Purwokerto: Stain Press  
·         Mitchell, T. R., & Larson, J. R. (1987). People in Organizations: An Introduction to Organizational    Behavior (3rd ed.). USA: McGraw-Hill, Inc.
·         Basuki, A.M Heru. 2008. Psikologi Umum ; Seri Diktat Kuliah. Universitas Gunadarma
·         Losyk, Bob. 2005. Kendalikan Stres Anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama



Tidak ada komentar:

Posting Komentar