SEJARAH
KESEHATAN MENTAL
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu
kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik
yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik
yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan
kesehatan mental sering kali tidak terdeteksi. Sekalipun oleh anggota
keluarganya sendiri. Hal ini lebih karena mereka sehari-hari hidup bersama sehingga
tingkah laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa,
bukan sebagai gangguan.
Khusus untuk masyarakat I ndonesia, masalah kesehatan mental
saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Krisis yang saat ini
melanda membuat perhatian terhadap kesehatan mental kurang terpikirkan. Orang
masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan hal-hal preventif untuk
menjaga mental supaya tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan
terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa
dampak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya
mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan mental. Faktor budaya pun
seringkali membuat masyarakat memiliki pandangan yang beragam mengenai
penderita gangguan mental. Oleh sebab itu, berikut dipaparkan sejarah mengenai
perkembangan kesehatan mental, terutama di Amerika dan Eropa, dan semoga
paparan ini menjadi referensi berbagai pandangan mengenai kesehatan mental yang
saat ini ada di Indonesia.
A.GANGGUAN MENTAL TIDAK DIANGGAP SEBAGAI SAKIT
v (Tahun 1600 dan sebelumnya)
Dukun asli Amerika (Indian), sering juga disebut sebagai
“penyembuh” (healer,shaman)orang yang mengalami gangguan mental
dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan mejalani ritual penebusan dan
penyucian.
Pandangan masyarakat saat itu menganggap bahwa orang yang
mengalami gangguan mental adalah karena dimasuki oleh roh-roh yang ada di
sekitar. Mereka dianggap melakukan kesalahan kepada roh-roh atau menjadi medium
dari roh-roh untuk menyatakan keinginannya. Oleh karena itu, mereka sering kali
tidak dianggap sakit, sehingga mereka tidak disingkirkan dan dibuang seta masih
mendapatkan tempat dalam masyarakat.
v Tahun 1692
Mendapatkan pengaruh para imigran dari Eropa yang beragama
Nasrani, di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu sering dianggap
terkena sihir/guna-guna atau dirasuki setan. Ini merupakan penjelasan yang
diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang
dianggap memiliki kekuatan sihir. Bahkan pengadilan pernah memvonis 19 orang
untuk digantung karena dianggap memiliki sihir. Padahal mereka yang dianggap
memiliki kekuatan sihir kemungkinan besar mengalami gangguan mental sehingga
hidup mereka tampak aneh dan berbeda bagi kebanyakan orang.
Sejarah kesehatan mental di Eropa, khususnya Inggris, agak
sedikit berbeda, sebelum abad ke-17, orang gila disamakan dengan
penjahat/kriminal, sehingga mereka dimasukkan ke dalam penjara.
John Locke (1690) dalam tulisannya yan berjudul An
Essay Concerning Understanding, menyatakan bahwa terdapat derajad
kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang
untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus-menerus.
Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan
dengan pengalaman secara tpat. Pandangan John Locke ini bertahan di Eropa
sampai abad ke-18.
B. GANGGUAN MENTAL DIANGGAP EBAGAI SAKIT
ü Tahun 1724
Pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan tahkhayul yang
hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan
secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Pada saat ini benih-benih
pendekatan secara medis mulai dikenalkan, yaitu dengan memberikan penjelasan
masalah kejiwaan sebagai akibat gangguan yang terjadi di tubuh.
Pada abad ke-17 dan 18 individu yang menderita penyakit
mental berada dalam penderitaan yang besar di tangan masyarakat Amerika. Mereka
dilihat sebagai seorang yang dirasuki setan atau dicirikan sebagai dikuasai
sifat-sifat kebinatangan sehingga mereka menjadi subjek penanganan yang
menyedihkan. Penyiksaan fisik maupun mental merupakan hal yang umum dan
penggunaan pembatas fisik yang meluas seperti jacket yang ketat dengan tangan
yang berat dan kaki yang dirantai-mengeluarkan pasien dari martabat dan kebebasannya.
Para pendiri pada abad ke 19, seperti Phillip Pinel di Perancis dan
Dorothea Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan penanganan manusiawi
bagi penderita penyakit mental, tetapi kondisinya masih jauh dari ideal.
Phillipe Pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi Rumah sakit Bicetre,
Paris (rumah sakit jiwa untuk pria) pada tahun 1793. Dia memutuskan uuntuk
tidak meranntai pasien gila. Dia kemudian ditempatkan di Salpetriere (rumah
sakit jiwa untuk wanita) pada tahun 1795.
ü Tahun 1812
Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu pengacara
mula-mula yang menangani masalah penanganan secara manusiawi untuk penyakit
mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Inquiries and
Observations Upon Diseases of the Mind. Ini merupakan buku tesk
psikiatri Amerika pertama.
Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul optimisme dalam
menangani pasien sakit jiwa (Therapeutic Optimism). Hal ini
disebabkan berkembangkannya teori dan teknik dalam menangani orang sakit jiwa
di rumah sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah
sakit jiwa merupakan hal yang benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan
kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk dan mendapatkan peranan penting
di rumah sakit, menggantikan ahli hukum yang selama ini ternyata membuahkan
kegagalan, maka tidak lama kemudian muncul masa terapi psimisme (therapeutic
pesimism) . ini teruma dipengaruhi oleh sosialisme. Darwin menyatakan bahwa
gangguan mental adalah perkembangan evolusi sehingga merupakan bawaan dan tidak
mungkin diubah lagi.
ü Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561
tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.
ü Tahun 1908
Clifford Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada
tahun 1900. Dia merupakan lulusan Yale dan seorang bisnisman, yang kemudian
mengalami gangguan setelah mengalami sakit dan saudara laki-lakinya meninggal.
Setelah mencoba bunuh diri, Dia di masukkan ke rumah sakit mental swasta di
Connecticut. Dia menjadi subjek penanganan yang tidak manusiawi dan
mengalami penyiksaan fisik dan mental di bawah kekuasaan orang yang
tidak terlatih dan tidak kompoten di rumah sakit. Beers
kemudian menghabiskan beberapa tahun di berbaggai negeri Middletown,
Connecticut. Penanganan tidak manusiawi yang diterimanya di institusi ini
mencetuskan keberanian untuk memperbaharui perawatan bagi individu yang
menderita penyakit mental di Amerika Serikat. Pada tahun 1908 dia menulis buku
yang berjudul A Mind That Found Itself, merupakan laporan pengalamannya sendiri
sebagai pasien sakit mental dan secara jelas menggambarkan kekejaman lembaga
perawatan. Buku tersebut memberikan akibat yang segera, menyebarakan visinya
mengenai gerakan kesehatan mental. Beers kemudian mendirikan Masyarakat
Connecticut untuk Mental Higiene yang kemudian pada tahun berikutnya berubah
menjadi Komite Nasional untuk Mental Higience (the National for Mental
Hygience). Yang merupakan pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental Nasional sekarang
ini.
Tujuan Asosiasi ini adalah untuk:
- Memperbaiki
sikap masyarakat terhadap penyakit mmental dan penderita dan penderita sakit
mental.
- Memperbaiki
pelayanan terhadap penderita sakit mental
- Bekerja
untuk pencegahan penyakit mental dan mempromosikan kesehatan mental.
ü Tahun 1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa
di Universitas Clarck di Worcester, Massachusetts.
ü Tahun 1910
Emil Kraeplin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer.
Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk medeteksi adanya
gangguan epilepsi.
ü Tahun 1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya
orang yang telah lulus dari sekolah kedokteran dan mejalankan praktek psikiatri
yang dapat menjadi calon untuk pelatihan psikoanalisa.
ü Tahun 1920-an
Komite Naional untuk Mental Higiene menghasilkan satu set
model undang-undang komitmen yang dimasukkan ke dalam aturan pada beberapa
negara bagian. Komite juga mmembantu penelitian-peenelitian yang berpengaruh
pada kesehatan mental, penyakit mental, dan treatmen yang membawa perubahan
nyata pada sistem perawatan kesehatan mental.
Harry Stack Sullivan yang mengawasi pasien Scizhofrenia di
Rumah Sakit Sheppard-Pratt Hospital menunjukkan pengaruh lingkungan terapeutik
ketika para paien dapat dikembalikan ke masyarakat.
Pada tahun 1920-1930 di Eropa terjadi perubahan treatmen
dalam menangani gangguan mental. Perubahan ini berkat pengaruh teori Freud yang
pada masa itu menjadi terkenal. Perubahan treatmen tersebut meliputi :
- Treatmen
di dalam rumah sakit kurang diminati, diganti treatmen yang dilakukan di luar
rumah sakit.
- Treatmen
di lakukan tidak memerlukan sertifikasi
- Treatmen
dilakukan dirumah sakit.
ü Tahun 1930-an
Psikiater lebih menginjeksikan insulin yang menyebabakan
shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizofrenia.
ü Tahun 1936
Agas Moniz mempublikasikan suatu laporan mengenai lobotomi
frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun 1936 sampai pertengahan
1950-an, diperkirakan 20.000 prosedur pembedahan ini digunakan terhadap pasien
mental Amerika.
ü Tahun 1940-an
Elektropika, yaitu terapi dengan cara menngaplikasikan
listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani
penyakit mental. Pada tahun 1940-an-1950 dimulainya perawatan masyarakat bagi
penderita gangguan mental Inggris.
ü Tahun 1947-an
Fountain House di New York City memulai rehabilitasi
psikiatrik untuk orang-orang yang mengalami sakit mental.
ü Tahun 1950
Dibentuk National Association of Mental Health (NAMH) yang
merupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National Commite for Mental
Hygiene, National Mental Health Foundatio, dan Psychiatric Foundation. Lembaga
baru ini melanjutkan misi Beers dengan lebih jelas. Melalui program televisi,
distribusi literatur dan media lainnya. NAMH melanjutkan mendidik publik
Amerika pada isu-isu kesehatan mental-mental dan mempromosikan kesadaran akan
kesehatan mental.
ü Tahun 1952
Obat antiseptik konvensional pertama, yaitu chlorpromazine,
diperkenalkan untuk menangani pasien schizoprenia dan gangguan mental utama
lainnya.
ü Tahun 1960-an
Obat-obat antisptik konvensional, seperti haloperidol,
digunakan pertama kali untuk mengontrol simtom-simtom yang positif (nyata) pada
penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena
membuat pasien tenang. Hal ini memberikan ukuran yang nyata dan penting karena
membuat pasien tenang. Hal ini kemudian menjadi keharusan untuk digunakan pada
permulaan bagia pasien yang gaduh dan kacau. Lithium kemudian
diketemukan dan menjadi obat yang merevolusi treatmen bagi penderita manis
depresif.
Media Inggris mulai mengungkapkan kesehatan mental dengan
menampilkan orang-orang yang pernah mengalami sakit mental untuk menceritakan
pengalamn mereka. Pada masa ini segala hal yang tabu berkaitan dengan mental
mulai dibuka dan dibicarakan secara umum.
C. GANGGUAN MENTAL DIANGGAP SEBAGAI BUKAN SAKIT
· Tahun
1961
Thomas Scasz membuat tulisan yang berjudul The Myth of
Mental Ilness, yang mengemukakan dasar teiori yang menyatakan bahwa “sakit
mental” sebenarnya tidaklah betul-betul sakit”, tetapi merupakan tindakan orang
yang secara mental tertekan karena harus bereaksi terhadap lingkungan.
· Tahun
1962
Ada 422.000 orang yang tinggal dirumah sakit untuk perawatan
psikiatris di Amerika Serikat.
· Tahun
1970
Mulainya deinstitusionalisasi massal. Pasien dan keluarga
mereka kembali pada sumber-sumber mereka sendiri sebagai akibat kurangnya
program-program bagi pasien yang telah keluar dari rumah sakit untuk
rehabilitasi dan reintegrasi kemabali ke masyarakat.
· Tahun
1979
NAMH menjadi the National Health Association (NMHA)
· Tahun
1980
Munculnya perawatan yang terencana, yaitu dengan opname
dirumah sakit dalam jangka waktu yang pendek dan treatmen masyarakat menjadi
standar bagi perawatan penyakit mental. Ini tidak terlepas dari peranan NHMA
yang menggalang dukungan dari akar rumput dan bekerja sama dengan pemerintah
dalam menghasilkan the Mental Health Systems Act of 1980. Akta
tersebut memungkin tumbuhnya pusat-pusat kesehatan mental masyarakat Amerika
yang mengijinkan individu dengan penyakit mental untuk tinggal dalam rumah dan
masyarakat mereka dengan masa opname yang pendek.
D. MELAWAN DISKRIMINASI TERHADAP GANGGUAN MENTAL
v Tahun 1990
NMHA memainkan peran penting dalam memunculkan Disabilities
Act, yang melindungi warga Amerika yang secara mental dan fisik disable dari
diskriminasi pada beberapa wilayah, seperti pekerjaan, akomodasi publik,
transportasi, telekomunikasi, dan pelayanan pemerintah pusat dan lokal.
Sementara itu, teknologi penggambaran otak digunakan untuk mempelajari
perkembangan penyakit mental utama dengan lebih baik lagi.
v Tahun 1994
Obat antiseptik atipikal yang pertama dikenalkan ini. Ini
merupakan obat antipsikotik baru pertama setelah hampir 20 tahun penggunaan
konvensional.
v Tahun 1997
Peneliti menemukan kaitan genetik pada gangguan bipolar yang
menunjukkan bahwa penyakit ini diturunkan.
Berdasarkan sejarah kesehatan mental di atas, dapat
disimpulkan bahwa ternyata pandangan masyarakat terhadap apa yang disebut
sebagai sakit mental/sakit jiwa/gangguan mental ternyata berbeda-beda dan
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Makna gangguan mental yang
berbeda-beda tersebut membawa implikasi yang berbeda juga dalam menangani
individu yang terkena gangguan mental.
Bila gangguan mental dipahami sebagai karena mengalami
kerasukan roh seperti yang dimaknai oleh masyarakat Indian dan juga sebagai
masyarakat Indonesia, individu yang mengalaminya bisa saja malah dipandang
memiliki kelebihan khusus sehingga mendapatkan kedudukan khusus masyarakat.
Atau kalaupun gangguan mental yang mengalaminya akan mendapatkan ritual-ritual
khusus supaya dapat dipulihkan. Setidaknya, mereka tidak mendapatkan stigma
yang negatif, karena masyarakat menanggap mereka tidak sakit sehingga masih
dapat menerima kehadiran mereka.
Gangguan mental bisa dipahami sebagai kerasukan setan, atau
akibat sihir. Biasanya ini karena pengaruh agama monoteis yang dianut oleh
masyarakat setempat. Akibatnya perlakuan individu yang mengalami gangguan
mental menjadi berbeda. Ritual masih tetap diadakan, tapi perlakuan masyarakat
sekitar terhadap si penderita menjadi negatif. Penderita biasanya ditolak dan
diasingkan, karena sedikit banyak dianggap berbahaya atau membawa akibat
negatif bagi sekitarnya. Namun bisa saja pada beberapa kasus, penderitanya
malah dianggap sebagai sebagai Nabi atau wakil Tuhan sehingga justru menarik
banyak pengikut meskipun ajarannya secara logika ttidak mengacu pada akal sehat.
Gangguan mental juga bisa dimaknai bukan penyakit, tetapi
sebagai tindakan kriminal seperti yang pernah dipahami oleh masyarakat Inggris.
Penderitanya lalu dimasukkan dalam penjara dan mendapatkan perlakuan seperti
penjahat pada umumnya.
Gangguan mental pernah dimaknai sebagai ketidakmampuan untuk
berpikir rasional. Orang yang terganggu mentalnya dipandang memiliki
pola pikir irasional. Ini terutam dipengaruhi oleh filsafat
rasinalisme dan emperisme yang saat itu memiliki pengaruh yang kuat di Eropa.
Oleh karena itu gangguan masih belum dimaknai sebagai sakit.
Dunia medis memberikan pandangan tersendiri terhadap
pemahaman mengenai gangguan mental. Dunia medis memandang penderita gangguan
mental sebagai betul-betul mengalami sakit. Dunia medis melihat sakit mental
sebagai berakar dari sakit kebutuhan, terutama di otak, sehingga penanganan
penderita gangguan mental menjadi mirip penderita sakit fisik, yaitu melalui
medikasi, hospitalisasi, bahkan operasi/ppembedahan. Pandangan medis ini,
sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran dan sampai sekarang ini masih
menjadi arus utama yang memengaruhi pemahaman orang mengenai kesehatan mental.
Ilmu perilaku yang semakin berkembang juga memberikan
pemahaman tersendiri mengenai gangguan mental. Berdasarkan pandangan ini,
penderita gangguan dimaknai sebagai ketidak mampuan mereka untuk
melakukan penyesuain diri yang sesuai denga realitanya. Individu
terganggu karena memiliki perilaku yang tidak adaptiff,
sehingga penangannya adalah dengan mendidik individu yang bersangkutan untuk
menghilangkan perilaku yang tidak adaptiif dan menggantinya dengan perilaku
yang lebih adaptif. Menurut pandangan ini, gangguan mental dihubungkan dengan
lingkungan (ekologi) individuu sehingga pemulihan individu yyang bersangkutan
selalu dikaitkan dengan lingkungannya. Inilah yang menandai penanganan individu
yang bergangguan tidak lagi dirumah sakit, tetapi di tengah lingkungan
keluarganya.
Masih ada lagi pandangan-pandangan lain mengenai gangguan
mental, seperti aliran antipsikiatri yang pendapatnya justru bertolak belakang
dengan pandangan medis mengenai sakit mental. Tentu saja pandangan tersebut
juga membawa dampak perbedaan dalam penannganan terhadap individu yang
mengalami gangguan mental. Memahami setiap pandangan yang muncul mengenai sakit
mental menolong kita untuk memiliki gambaran yang menyeluruh dan integral
mengenai apa itu gangguan mental yang sesungguhnya. Ini juga akan membantu
untuk melakukan upaya-upaya dalam penganan atau treatmen terhadap individu yang
mengalami gangguan mental, sebab setiap pandangan yang muncul dan berkembang
mengenai gangguan mental, sedikit banyak memiliki kebenaran yang perlu
diperhatikan. Apalagi masalah gangguan mental bukanlah semata-mata gejala fisik
saja. Masih banyak wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sat ini dimiliki, sehingga upaya-upaya untuk mewujudkan
kesehatan mental , tidak bisa dilakukan berdasarkan pandangan yang berat
sebelah saja dari sudut pandang tertentu.
Konsep Sehat
Pengertian Sehat, Kesehatan dan
Sehat Mental
a. DEFINISI
SEHAT.
Sehat (Health) secara
umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna)
baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit
atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992
menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara
sosial maupun ekonomis. World Health Organization
(WHO, 2001), menyatakan bahwa
kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu,
yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan
serta di komunitasnya.Dan memiliki 4 dimensi holistik, yaitu agama,
organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.
Jadi Konsep Sehat merupakan
suatu keadaan dimana seseorang duikatakan normal dan sesuai dengan kaidah dan
standart yang di terima dalam suatu komunitas atau masyarakyat, dan mempunyai
suatu keadaan dimanan fisik mental dan sosialnya tidak tergangu dan dapat
melalukan peranya sebagai anggota dalm suatu komunitas atau masyarakyat
Pengertian dan Pendapat dari
Para ahli mengenai Kesehatan Mental
a. Arti
kata Kesehatan Mental
Kesehatan Mental merupakan alih
bahasa dari Mental Hygiene atau Mental Health berasal dari
kata Hygiene dan Mental. Secara etimologi Hygiene dari
kata Hygea yaitu, nama Dewi Kesehatan Yunani kuno yang
mempunyai tugas mengurus masalah kesehatan manusia di dunia. Kemudian muncul
kata hygieneuntuk menunjukkan suatu kegiatan
yang bertujuan mencapai hygiene. Sedangkan mental berasal dari kata latin Mens dan Mentis yang
berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, dan semangat.
b. Kesehatan
Mental menurut Para Ahli
Menurut Dr. Jalaluddin dalam
bukunya “Psikologi Agama” bahwa:
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yangoptimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yangoptimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Zakiah Daradjat mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi, penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini, individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai integrasi tingkah lak
Musthafa Fahmi, mengatakan
kesehatan jiwa adalah bebas dari gejala-gejala penyakit jiwa dan gangguan
kejiwaan.
Zakiah Daradjat, Kesehatan
mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan
dari gejala-gejala penyakit jiwa (psichose). Definisi ini banyak dianut
di kalangan psikiatri (kedokteran jiwa) yang memandang manusia dari sudut sehat
atau sakitnya.
Kesehatan mental adalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan
masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup
Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
Allport, manusia
sehat adalah manusia yang mencapai kematangan.
Maslow, manusia sehat adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencapai kebahagiaan.
Maslow, manusia sehat adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencapai kebahagiaan.
Kesehatan mental menurut UU
No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan
itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Dari beberapa defenisi yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya
adalah terwujudnya keharmonisan dalam fungs fisik,ijiwa dan sosial serta
tercapainya kemampuan untuk menghadapi permasalahan sehari-hari, sehingga
merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam dirinya. Seseorang dikatakan memiliki
mental yang sehat, bila ia terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfatkan
potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya.
Perbedaan Konsep Kesehatan mental pada budaya barat dan timur
Definisi diberikan kepada
masing-masing budaya, namun kebanyakan melihat kebudayaan sebagai seperangkat
pedoman yang memandu bagaimana mereka memandang dunia, merespon secara
emosional, dan berperilaku di dalamnya atau pedoman untuk hidup. Pemahaman
terhadap sesuatu adalah suatu hal yang cukup kuat mendapat pengaruh budaya,
sudut pandang terhadap suatu permasalahan seringkali dipengaruhi oleh budaya
yang melatar belakangi, baik dalam proses memahami masalah atau pun dalam
menyelesaikan masalah. Banyak hal dalam kehidupan yang dipengaruhi oleh budaya,
kesehatan mental dan gerakan kesehatan mental juga dipengatuhi oleh budaya.
Dalam kesehatan mental, faktor kebudayaan juga memegang peran penting. Apakah
seseorang itu dikatakan sehat atau sakit mental bergantung pada kebudayaannya
(Marsella dan White, 1984). Hubungan kebudayaan dengan kesehatan mental
dikemukakan oleh (Wallace, 1963) meliputi :
•Kebudayaan yang mendukung dan menghambat kesehatan mental.
•Kebudayaan memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental.
•Berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural, dan
•Upaya peningkatan dan pencegahan gannguan mental dalam telaah budaya.
Selain itu budaya juga mempengaruhi tindakan penanganan yang dilakukan terhadap gangguan mental itu sendiri. Dengan kata lain Konsep kesehatan mental pada suatu budaya tertentu harus dipahami dari hal-hal yang dianggap mempunyai arti dan bermakna pada suatu budaya tertentu, sehingga harus dipahami dari nilai-nilai dan falsafah suatu budaya tertentu.
Ada perbedaan konsep kesehatan mental budaya barat dan timur Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu melihat sehat lebih secara menyeluruh saling berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit.
Model-model Kesehatan Barat dan Timur
Model-model kesehatan muncul karena banyaknya asumsi mengenai kesehatan, seperti halnya model kesehatan dari Barat dan juga Timur. Akan tetapi, dalam model-model itu terdapat variasi yang disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara model-model tersebut.
•Model Biomedis (Freund, 1991) memiliki 5 asumsi. Pertama, terdapat perbedaan yang nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh tertentu. Kedua, penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi tubuh, baik secara biokimia atau neurofisiologis. Ketiga, setiap penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang berpotensi dapat diidentifikasi. Keempat, melihat tubuh sebagai suatu mesin. Kelima, konsep tubuh adalah objel yang perlu diatur dan dikontrol.
•Model Psikiatris, merupakan model yang berkaitan dengan model biomedis. Model ini masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu oenyakit dan penggunaan treatmen fisik obat-obatan atau pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas.
•Model Psikosomatis (Tamm, 1993), merupakan model yang muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap model biomedis. Model ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik yang tanpa disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik.
DAFTAR PUSTAKA
v Siswanto. 2007. Kesehatan Mental “
Konsep, Cakupan dan Perkembangan”. Yogyakarta. Penerbit Andi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar