1.
Jelaskan Metode Transaksional Analisis penerapan
terapinya !
Jawab :
Analisis transaksional merupakan salah satu
pendekatan Psikoterapi yang menekankan pada hubungan interaksional. Dalam
penerapan terapinya metode ini menggunakan cara memperhatikan interaksi antara
berbagai status ego (anak,dewasa
dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan antara ketiga status ego itu
dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan
sumber-sumber gangguan psikologis.
2.
Jelaskan perbandingan terapi individu
dan terapi kelompok !
Jawab :
Terapi
kelompok, jika dibandingkan dengan terapi individual, memiliki kelebihan (1)
kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien dan (2)
kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon psikologis,
emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan berbagai
transferensi
3.
Jelaskan Metode terapi Rasional emotif
dalam penerapannya !
Jawaban
:
Aktifitas-aktifitas therapeutic
utama TRE dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu : membantu klien untuk
membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar
gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan
klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia
menginternalisasi keyakinan-keyakinan dagmatis yang rasional dan takhyul yang
berasal dari orang tuanya maupun dari kebudayaannya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut di atas, Konselor memiliki tugas-tugas yang spesifik
yaitu :
1. Mengajak klien untuk berpikir tentang
beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan
tingkah laku.
2. Menantang klien untuk menguji
gagasan-gagasannya.
3. Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan
pemikirannya.
4. Menggunakan suatu analisis logika untuk
meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien.
5. Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan
itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan
gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan.
6. Menggunakan absurditas dan humor untuk
menghadapi irasionalitas pikiran klien
7. Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan
yang irasional bisa diganti dengan gagasan-gagasan yang rasional yang memiliki
landasan empiris, dan
8. Mengajari klien bagaimana menerapkan
pendekatan ilmiah pada cara bepiki sehingga klien bisa mengamati dan
meminimalkan gagasan-gagasan iasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak
logis sekaang maupun masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara
merasa dan berperilaku yang merusak diri.
Langkah-langkah Terapi Rasional
Emotif
1. Konselor berusaha menunjukkan bahwa
cara berfikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan mengapa klien
sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis
dan perasaan yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang di alami nya.
2. Menunjukkan kepada klien bahwa ia mampu
mempertahankan perilakunya maka akan terganggu dan cara pikirnya yang tidak
logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang di
rasakan.
3. Bertujuan mengubah cara berfikir klien
dengan membuang cara berfikir yang tidak logis
4. Dalam hal ini konselor menugaskan klien
untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata
Teknik-teknik Terapi Rasional
Emotif
Terapi
realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Prosedur –
prosedurnya difokuskan pada kekuatan-kekuatan dan potensi-potensi klien yang
dihubungkan dengan tingkah lakunya sekarang dan usahanya mencapai keberhasilan
dalam hidup. Dalam membantu klien untuk menciptakan identitas keberhasilan,
teapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
• Terlibat dalam permainan peran dengan
klien.
• Menggunakan humor.
• Mengonfrontasikan klien dan menolak
dalih apapun.
• Membantu klien dalam merumuskan
rencana-rencana yang sesifik bagi tindakan.
• Bertindak sebagai model dan guru.
• Memasang batas-batas dan menyusun
situasi terapi.
• Menggunakan “terapi kejutan vebal”
atau sarkasme yang layak untuk mengkonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya
yang tidak realistis.
• Melibatkan diri dengan klien dalam
upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.
• Manusia berfikir, berperasaan dan
bertindak secara serentak. Kaitan yang begitu erat menyebabkan jika salah satu
saja menerima gangguan maka yang lain akan terlibat sama. Jika salah satu
diobati sehingga sembuh, dengan sendirinya yang dua lagi akan turut terobati.
Atas
pandangan itu, walaupun TRE lebih menitikberatkan aspek kognitif dalam
perawatan, tetapi aspek tingkah laku dan emosi turut diberi perhatian. Oleh
sebab itulah dalam TRE, Teknik dalam terapi ini dibagi menjadi 3 sub pokok,
yaitu;
a) Teknik emotif
Teknik
ini dilakukan untuk mengubah emosi klien. Ini sepenuhnya melibatkan emosi klien
saat ia melawan keyakinan-keyakinannya yang irasional. Antara teknik yang
sering digunakan ialah:
a. Teknik Sosiodrama – Memberi peluang
mengekspresikan pelbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang
didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya
sendiri secara lisan, tulisan atau melalui gerakan dramatis.
b. Teknik ‘Self Modelling’ – Digunakan
dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan perasaan yang
menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.
c. Teknik ‘Assertive Training’ –
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola perilaku
tertentu yang diinginkannya.
b) Teknik kognitif
Teknik
ini membantu klien berpikir mengenai pemikirannya dengan cara yang lebih
konstruktif. Klien diajarkan untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung dan
menentang keyakinan-keyakinan irasionalnya dengan menggunakan tiga kriteria
utama: logika, realisme dan kemanfaatan. Ada empat teknik besar dalam
teknik-teknik kognitif:
a. Teknik Pengajaran – Dalam RET,
konselor mengambil peranan lebih aktif dari pelajar. Teknik ini memberikan
keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada
klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikan berfikir itu secara
langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b. Teknik Persuasif – Meyakinkan klien
untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar.
Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk
menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c. Teknik Konfrontasi – Konselor
menyerang ketidaklogikan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang
lebih logik.
d. Teknik Pemberian Tugas – Konselor
memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam
situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat
kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk
memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.
c) Teknik tingkah laku
Teknik
ini lebih digunakan khusus untuk mengubah tingkah laku. Teknik ini
dinegosiasikan dengan klien atas dasar sifatnya yang menentang, tetapi tidak
sampai membuat kewalahan, yaitu, tugas-tugas yang cukup menstimulasi untuk
mewujudkan perubahan terapeutik, namun tidak terlalu menakutkan karena justru
akan menghambat menjalankan tugas-tugas tersebut. Teknik ini antara lain:
a. Teknik Reinforcement – Mendorong klien
ke arah perilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian
pada perilaku yang betul dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b. Teknik Social Modelling – Digunakan
membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan, pemerhatian terhadap Model
Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan
masalah.
Berdasarkan
kepada penjelasan teknik di atas, dapat dilihat bahawa teknik terapi TRE ini
bukan saja terbatas pada sisi konseling, tetapi juga berlaku di luar sesi
konseling.
4.
Jelaskan Metode Terapi Prilaku dan
Penerapannya !
Jawaban
:
Konselor
tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian
treatment, yakni Konselor menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian
pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara
khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku
yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang
diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.
Pembentukan
hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses
terapeutik, peran Konselor yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi
perkuatan. Para Konselor tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan
impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya
memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .
Bentuk
bentuk terapi Perilaku
1.
Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi
perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif
mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis
terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater
Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam
metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk
mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan
menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan.
Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk
menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut
dalam phobianya.
Fobia
spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi
sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek,
seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
Tujuan
dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien
bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.
2.
Exposure and Response Prevention (ERP), untuk
berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini
berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapi respons
dan menghentikan pelarian.
Metodenya
dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan
menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat
kecemasannya. Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping
strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan
pikiran. Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri
sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.
3.
Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan
perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku
individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan
pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun
1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh
kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan
perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive
melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah
satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam
memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian
untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah
perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4.
Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan
untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang
menakutkan mereka. Misalnya ketakutan pada laba laba (arachnophobia
), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya
sadar bahwa tidak ada yang terjadi.
Banjir
ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah
bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja
pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di
mana pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.
Tehnik Terapi:
1. Mencari
stimulus yang memicu gejala gejala
2. Menaksir/analisa
kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien
dari keadaan normal sebelumnya.
3. Meminta
klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan
atau judgement oleh Konselor.
4. Bergerak
mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta
kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
5. Ulangi
lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5.
Latihan relaksasi
Relaksasi
menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan
denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas
neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa
diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.
Sebagian
besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang dinamakan
relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam
urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke
atas atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah
relaksasi atau menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien
mempraktekkan relaksasi sendiri.
Khayalan
mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien diinstruksikan
untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan rasa
relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki
keadaan atau pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon
relaksasi.
6.
Observational learning, Juga dikenal sebagai:
monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.
§ Attention
to the model.
§ Retention
of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
§ Motor
reproduction (observer mampu menirukan aksi)
§ Motivation
and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah
diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).
§ reinforcement.
Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan
Asertif
Tehnik
latihan asertif membantu klien yang:
1. Tidak
mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau
perasaan tersinggung.
2. Menunjukkan
kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya,
3. Klien
yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
4. Merasa
tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Latihan
asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya,
klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan
hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan
untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara
Terapinya:
Pertama-tama
klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi Konselor, sementara Konselor
mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian, mereka
saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan Konselor
memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada Konselor
tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis,
sebaliknya Konselor melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.
8. Terapi
Aversi
Teknik-teknik
pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan
gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah
laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang
tidak diinginkan terhambat/hilang.
Terapi
ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme,
Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik
aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan
kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak
diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar