Isu SEPUTAR JOMBLO
Semua itu mimpi
o...o u o u o
Hanyalah bualan
o...o u o u o
Semua itu
bohong o...o u o u o
Aku tetap saja
o... tetap sendiri
Kamu pasti udah
hapal ama lirik lagu yang dilantunkan Armand Maulana sang vokalis GIGI di atas.
Apalagi kalo ditanya judul lagunya? Hmm…pasti deh pada ngacung. Tapi please…,
yang belon pake Rexona jangan ikutan ngacung ya (eh, ini iklan ya?). Bukan
apa-apa. Takut disangka sumber polusi udara. Hehehe…. keep smile ya.
Selain easy
listening , tuh lagu turut mempopulerkan istilah jomblo di kalangan anak muda.
Liriknya seolah mengungkap kegelisahan hati seseorang yang belon punya
gandengan. Soalnya, truk aja bisa punya gandengan masa' doi nggak. Betul?
Betuul…! Tapi ngomong-ngomong, jomblo
itu apa sih?
Ih… tulalit deh!
Gini, secara
etimologi seperti tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jomblo itu
artinya perempuan tua yang nggak laku-laku alias perawan tua. Tapi seiring
berjalannya waktu, terjadi perluasan makna pada kata jomblo. Kini, jomblo
dimaknai sebagai julukan ‘trendi' buat mereka (baik cowok maupun cewek) yang
masih sendiri, belum punya pacar, dan belum punya gandengan (emangnya truk?).
Pokoknya masih suka sendiri aja (atau memang belum ada yang ngajak barengan).
Gitchu. Ehm, apakah kamu termasuk di dalamnya? Hehehe
Pro-kontra seputar jomblo
Dalam pergaulan
remaja, perdebatan tentang status jomblo nggak kalah serunya dengan debat
capres kemaren-kemaren. Banyak yang pro, tapi nggak sedikit juga yang kontra.
Bagi yang pro,
mereka enjoy bilang “ its oke to be jomblo ”. Predikat itu bukan masalah bagi
mereka. Justru mereka menikmati hidup tanpa pasangan. Sebagai wujud rasa syukur
mereka, ada di antaranya yang bikin perkumpulan dengan nama Jojoba alias
Jomblo-jomblo Bahagia. Malah ada juga yang tergabung dalam komunitas Kelompok
Jomblo Ceria yang disingkat Kejora. Ehm, Ijo Lumut ( Ikatan Jomblo Lucu dan
Imut ) boleh juga tuh. Ada yang mau gabung? Pilih yang oke visi, misi, dan
programnya (duileee). Wis, sundut terus!
Mereka ngerasa
keberadaan pasangan malah bikin ribet. Kayak memasung kebebasan bin
kreativitasnya gitu lho. Deket dikit aja ama temen lawan jenis, dicemburuin.
Nggak mau ngikutin kemauan ‘yayang', dibilang nggak cinta. Nggak balas SMS atau
missed call aja disangka selingkuh. Punya pendapat berbeda malah dicemberutin.
Kalo udah gini, tentu being jomblo lebih asyik. Nggak terikat atau mengikat
orang lain. Punya otoritas penuh nentuin langkah kakinya sendiri mau belok
kiri, kanan, atau lurus tanpa intervensi dan pengawasan dari pihak lain. Mereka
juga ngerasa nggak membebani orang lain untuk memenuhi keinginan-keinginannya.
Nggak heran kalo para jomblo itu begitu bahagia dan ceria menikmati
kesendiriannya. Huhuy!
Sementara yang
kontra, mereka juga punya alasan yang nggak kalah dahsyatnya. Bagi mereka,
menyandang status jomblo seperti kutukan (wuiih syerem bener..). Soalnya hidup
tanpa curahan kasih sayang dari lawan jenis ibarat sayur tanpa garam. Garing
bin kering kerontang. Apalagi di kalangan remaja yang menobatkan pacaran
sebagai simbol pergaulannya. Alamat bakal tersisih dari pergaulan dan memanen
kata-kata sindiran yang pelan tapi dalem dan bikin kuping panas. Seperti yang
dialami tiga cewek jomblo Gwen, Keke, dan Olin dalam film 30 Hari Mencari Cinta
yang dituding lesbian cuma karena nggak punya gacoan. Gimana nggak gondok?
Nggak ku..ku.. deh!
Makanya bagi
kaum antijomblo, nggak punya pasangan bisa bikin depresi. Gejala yang ringan
sih mungkin cuma uring-uringan, mimik mupeng ngeliat temennya yang pacaran,
atau krisis percaya diri karena tak kunjung laku (emangnya jualan?). Tapi bagi
yang sudah akut, gejalanya bisa parah. Karena nggak kuat lagi menahan rasa
malu, gunjingan atawa sindiran, orang bisa menarik diri dari pergaulan sosial
atawa malah terdampar di Rumah Sakit Jiwa. Bukannya kita nakut-nakutin ya, cuma
bikin kamu parno (paranoid) aja. Yee...sama aja atuh!
Kaum yang
kontra ini, ada yang sampe mendeklarasikan berdirinya PJI alias Partai Jomblo
Indonesia. Mereka memperjuangkan persamaan hak dalam mendapatkan jodoh.
Mengingat ada di antara mereka yang terkena dampak buruk dari rolek alias
risiko orang jelek. Loyalitas mereka dalam perjuangannya terukir dalam
semboyannya yang menggugah semangat. “Jomblo itu pedih, Jendral...!” Walah!
Mending jomblo daripada maksiat
Sobat muda muslim,
kian hari opini media yang memojokkan para jomblo kian tak terkendali. Remaja
makin diarahkan untuk berani mengekspresikan rasa suka kepada lawan jenis
dengan berpacaran. Tayangan-tayangan ghibahtaintment yang berseliweran tiap
hari di layar kaca, bikin permasalahan cinta menjadi masalah utama dalam hidup
manusia. Kedekatan seorang selebritis dengan lawan jenis dikupas habis dengan
bumbu sana-sini biar layak jual. Aksi “penembakan” yang dilakukan remaja
diabadikan dalam “Katakan Cinta”. Perselingkuhan di antara mereka pun sampe
melibatkan detektif H2C atau dengan pembuktian Playboy Kabel .
Parahnya,
remaja mengkonsumsi semua tayangan di atas setiap minggu. Cinta... cinta....dan
cinta..... Tiada hari tanpa obrolan cinta. Otomatis secara psikologi ada beban
tersendiri dalam perkembangan jiwa mereka. Malu bin nggak pede dalam
kesendiriannya. Merasa terasingkan ketika kebanyakan temen-temennya udah punya
gebetan meski usia baru belasan. Pengaruh media membuat murid-murid SMP pun
udah Saatnya Mencari Pacar . Berabe euy!
Maaf, bukannya
kita mau melestarikan status jomblo. Bukannya mau ngelarang temen-temen jomblo
untuk nyari pasangan. Bukan juga mengajak para jomblo untuk tabbatul
(membujang). Tapi kalo upaya pelepasan predikat jomblo selalu berujung pada
aktivitas pacaran, mendingan tetep istiqomah menyandang status jomblo. Seperti
pepatah bilang, biar jomblo asal selamat dari aktivitas maksiat. Setuju?
High Quality Jomblo= JI
Sobat muda
muslim, istiqomah dengan predikat jomblo bukanlah sebuah aib yang kudu
disesali. Karena derajat manusia di hadapan Allah tidak dinilai berdasarkan
predikat ini. Itu berarti kaum jomblo punya peluang yang sama besar dengan para
alumninya yang udah merit untuk dapetin pahala Allah yang berlimpah. Jadilah
High Quality Jomblo (HQJ) di hadapan Allah. Caranya?
Pertama , HQJ
nggak semata dinilai dari penampilan fisik seperti yang disyaratkan dalam
“Katakan Cinta”. Tapi dinilai dari keterikatannya dengan aturan Allah. Ini
berlaku untuk setiap perbuatan dia. Dari bangun tidur sampe tidur lagi.
Sehingga melahirkan sikap akhlakul kariimah. Dengan tetangga sebelah rumah
akur. Nggak sungkan ngasih pertolongan sesuai kemampuannya. Anti sikap
individualis bin egois. Santun dalam bertutur kata dan menyampaikan pendapat.
Bersikap tegas tanpa harus bertindak keras. Atau terbuka untuk menerima
perbedaan pendapat.
Kedua , seorang
HQJ nggak dosa punya tampang menawan hati. Itu kan anugerah dari Allah, ya kudu
disyukuri. Tapi bakal dosa kalo anugerah itu dipake tebar pesona sana-sini.
Apalagi sampai diobral. Emangnya produk sisa ekspor? Nggak lha yauw!
Ketiga ,
seorang HQJ juga pandai memanfaatkan masa kesendiriannya. Waktu, pikiran,
tenaga, dan isi dompetnya nggak dihabisin buat ngurusin cinta yang nggak sehat.
Tapi dioptimalisasi untuk mengekspresikan cinta kepada Allah dan RasulNya.
Kegigihannya dalam menuntut ilmu semata-mata demi kemaslahatan umat. Ngasih
porsi yang lebih besar dari waktu yang dimilikinya untuk terjun ke dunia
dakwah.
Itu sebabnya,
doi aktif ngaji, getol dakwah, sopan, dan taat syariat. Malah ada juga lho di
antara mereka yang prestasi akademisnya berbanding lurus dengan kecintaannya
terhadap perjuangan menegakkan Islam. Karena doi yakin Allah akan memberikan
yang terbaik untuknya (ajal. jodoh, rejeki, kebaikan dsb). Rasul saw. bersabda:
“Tidak layak seseorang, ketika menyaksikan suatu tempat di dalamnya ada
kebenaran, kecuali dia akan mengatakannya. Sesungguhnya sekali-kali hal itu
tidak akan pernah memajukan ajalnya dan tidak akan mencegah apa yang telah
menjadi rezeki baginya” ( HR al-Baihaqi )
Nah sobat, tiap
orang pantas dan pasti menjadi HQJ seperti di atas (kecuali yang udah merit
kali ya). Jangan minder meski tampang kita pas-pasan. Kuncinya cuma satu, ridho
ngikutin aturan Allah yang original dalam keseharian kita. Bukan aturan bajakan
yang doyan kompromi ama sekulerisme dan anak cucunya. Sebab cuma buat yang
original Allah bakal ngasih garansi. Nggak cuma seumur hidup, tapi dunia
akhirat. Di akhirat kita selamat, di dunia kita bisa jadi anggota JI.
Hah?! JI?!
Sst…jangan bilang-bilang polisi ya. Entar didatengin pasukan antiteror 88 lagi.
JI di sini artinya Jomblo Idaman yang bisa menjelma jadi CIA (Cowok Incaran Akhwat) atau FBI (Female Bidikan Ikhwan). Masa' nggak kepengen sih?
Mengakhiri masa jomblo
Sobat muda
muslim, meski telah menjadi anggota JI, semoga kamu nggak puas dengan predikat
itu. Apalagi sampe mengikrarkan diri untuk menjadi jomblo abadi binti sejati.
Jangan deh. Gimanapun juga, Rasul mensunnahkan kita yang sudah mampu untuk
mengakhiri masa jomblo. Dengan menikah, kita turut menambah barisan perjuangan
Islam dan kaum Muslimin. Bagi ikhwan, jangan lewatkan peluang menjadi suami dan
seorang ayah. Betapa nikmatnya memikul tanggung jawab. Terlahir suatu kekuatan
yang mampu menggali potensi untuk menafkahi keluarga. Dan bagi akhwat, rasakan
asyiknya menjadi seorang ibu dan pengatur rumah tangga, menjadi madrasah buat
jundullah tercinta, atau mendampingi suami meraih ridho ilahi. Bener lho!
Makanya kudu
tetep semangat. Meski usia sudah masuk kepala tiga atau masih berstatus
mahasiswa. Percaya deh, Allah pasti akan menunjukkan jalan bagi hambaNya yang
hendak menikah demi menjaga kehormatannya. Kuncinya sabar dan tawakkal.
Sabar tatkala
kendala menghadang di tengah perjalanan kita. Misalnya calon mertua belon bisa
menerima kita. Itu cuma butuh introspeksi dan usaha gigih untuk melumerkan
diding esnya. Sama halnya dengan kesiapan materi yang selalu menjadi momok di
kalangan ikhwan sebelum naik ke pelaminan. Yang perlu dilakukan hanya
menentukan batas waktu yang jelas untuk memotivasi usaha persiapan materi. Bisa
usia, tanggal, bulan, atau tahun. Jangan menggantungkan kesiapan diri kita pada
materi. Karena materi nggak akan pernah membuat kita siap. Betul?
Sobat muda
muslim, perlu dicatet ya, kalo perlu pake stabilo merah menyala, kita di sini
tidak bermaksud manas-manasin para jomblo untuk segera melepaskan statusnya.
Kita cuma ngomporin doang kok. Hehehe…nggak ding, kita cuma mau ngasih
informasi yang lengkap seputar pro kontra status jomblo dalam kacamata Islam.
Ehm, moga paham. Kita udah cukup dewasa untuk menentukan pilihan. Kalo masih
betah dengan status jomblo, jadilah High Quality Jomblo . Kalo nggak tahan ama
sundutan untuk merit, ikhlaskan niat untuk meraih pernikahan berkah. Intinya,
mari kita sama-sama berusaha agar keseharian kita tak lepas dari keterikatan
dengan aturan Allah. Jomblo atau mantan jomblo, ya nggak masalah. Betul?
Betuuuul!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar